Tiga Buku Untuk Merayakan Hari Buku Nasional
Hari buku nasional sudah lewat beberapa hari yang lalu, tapi bagi seorang pembaca setiap hari adalah hari buku. Membaca buku tidak lagi hanya sebuah perayaan, tapi merupakan hal rutin yang menyenangkan. Memang adakalanya kesibukan membuat rutinitas membaca menjadi terjeda, tapi namanya kesenangan meskipun harus membeli waktu akan tetap disempatkan.
Manfaat membaca sudah tak
diragukan lagi, sudah banyak tulisan yang mengulas mengenai manfaat membaca
buku. Memupuk kesenangan pada diri sendiri dapat menimbulkan perasaan-perasaan
positif dan juga merangsang kreativitas, hal tersebut tentu akan menambah
produktivitas pada seseorang.
Dalam rangka memperingati
hari buku nasional ini, mudah-mudahan membuat kita selalu ingat menyenangkan
diri sendiri itu semudah membaca buku. Berikut rekomendasi buku yang hangat
untuk para pembaca sekalian.
1.
Selasa Bersama Morrie
Ini
merupakan buku terjemahan dari buku Tuesday with Morrie karya Mitchel David
Albom atau biasa dikenal dengan Mitch Albom. Buku internasional best seller ini
merupakan bacaan wajib yang berisi petuah mengenai perjalanan hidup. Isi buku
menceritakan tentang Mitch yang bertemu kembali dengan professor di kampusnya
dulu, Morrie Schwartz, setelah dua puluh tahun tak bertemu.
Pada
saat mereka bertemu Kembali itu professor Morrie tengah menderita Amytrophic
Lateral Sclerosis (ALS). Mitch kemudian berbincang banyak hal dengan Morrie
terkait kehidupan seperti kematian, rasa takut, hidup keluarga, komunitas, cara
memaafkan dan makna hidup.
Beli murah IDR 33. 575: disini
2.
Titik Nol
Merupakan
sebuah buku perjalanan, salah satu karya Agustinus Wibowo. Titik Nol
menceritakan perjalanan Agustinus bertolak dari Beijing menuju Tibet, Nepal,
India, Pakistan dan Afghanistan. Terinspirasi dengan perjalanan Marcopolo,
Titik Nol bukan berisi tentang kunjungan ke tempat-tempat populer, tapi lebih
seperti jiarah dan pencarian.
Agustinus
dengan sangat detail menarasikan perjalanannya dan merefleksikan hal-hal yang
temui sepanjang perjalanan dengan gaya khasnya. Dia juga menambahkan banyak
pengetahuan sejarah daripada menggambarkan keeksotisan tempat-tempat yang
dikunjunginya. Dia juga lebih mengedepankan interaksi dengan orang-orang yang
ditemui dan menggambarkan karakter mereka. Seolah-olah orang-orang tersebut
adalah guru kehidupannya. Dari perjalanan panjangnya itu dia juga merefleksikan
sebuah kehidupan menuju titik nol, sebuah ujung kehidupan yang sedang dihadapi
ibunya.
Agustinus
Wibowo sebelumnya selain menulis untuk Rubrik Petualang di Kompas.com juga
merupakan jurnalis foto. Jadi di dalam buku Titik Nol juga banyak karya
foto-fotonya yang sangat human interest. Selain menulis Titik Nol, Agustinus
juga menulis buku berjudul Garis Batas (2011), Selimut Debu (2010 dan Jalan
Panjang Untuk Pulang (2021).
Versi cover baru IDR 117.000: Gramedia Online
3.
1984
Satu
karya Satire penulis terkenal George Orwell yang diterbitkan di Inggris tahun
1949. Buku ini menceritakan tentang Winston yang merupakan anggota partai Sosing.
Dia mengabdi pada Bung Besar dan bekerja di bawah Ministry of Truth. Sehari-hari
dia bekerja di bagian berita dan propaganda untuk membentuk opini masyarakat
agar sesuai dengan tujuan partai.
Winston
awalnya menikmati tugas-tugasnya, tapi kemudian dia menyadari banyak manipulasi
yang telah dilakukan hingga publik tidak dapat mengetahui sebuah kebenaran. Dia
menjadi muak dengan dengan semua kemunafikan yang dilakukan partai hingga
membuat suatu pemberontakan kecil. Dia menulis catatan harian. Setelahnya dia
juga bertemu dengan seorang perempuan bernama Julia.
Dia
jatuh cinta dengan perempuan itu dan berani mengekspresikan apa yang
dipikirkannya dengannnya. Tetapi, rupanya kebebasan ekspresinya tersebut tidak
berlangsung lama karena diketahui polisi pikiran (Thought Police).
Winston dan Julia ditangkap dan dituduh melakukan kejahatan seks dan kejahatan
pikiran. Keduanyapun akhirnya berpisah, dan Winston kembali pada kehidupannya
yang sepi. Dia Kembali menyuarakan hal-hal yang dikehendaki Bung Besar.
Karya
Orwell ini merupakan kritik terhadap kekuasaan.
Cover baru IDR 84.150: Mizan Online
Tiga buku diatas bukan terbitan baru, tapi masih sangat relevan dibaca kapanpun. Refleksi kehidupan dalam Selasa Bersama Morrie akan menjadi penghangat bagi pembaca semua yang sedang dalam pencarian. Sementara, Titik Nol akan menjadi bekal dan penyemangat untuk banyak petualangan. Selain itu, sedikit lebih serius, 1984 bisa membantu memahami Sebagian kecil dari kehidupan. Iya, hidup gak melulu soal hitam putih, kadang kita sedang digiring ke salah satu sisinya.
Komentar
Posting Komentar