Menikmati Mie Pelangi

 Mencintaimu itu ibarat makan mie (instan), dilarang tapi tetap dimakan -NN-

Ini cerita tentang Mie. Tadi siang sambil keluar kantor untuk bayar pajak dan sekalian lapor, saya mampir ke warung Mie dekat kantor. Namanya Depot Pelangi, dibilangan jalan Gatot Subroto. Dari depan ruko yang lantai duanya digunakan sebagai tempat tinggal, tampak tulisan "MIE AYAM JAKARTA" dengan ukuran huruf yang tebal berwarna merah.

Saya sering melalui warung ini, tapi belum pernah mampir sebelumnya. Dari jalan raya warung ini tampak sepi, tapi memang kebanyakan mobil yang parkir disitu. Setelah melihat mobil yang nekat membelah kemacetan untuk menuju warung itu kemarin sore, niat untuk mampir semakin kuat. Akhirnya hari ini setelah membayar pajak di kantor pos terdekat saya mampir, saking niatnya karena kebablasan sayapun rela putar arah sedikit. Bahkan, paginya juga sengaja ambil uang buat jaga-jaga kalau harganya mahal.

Warung mie ini cukup luas, ruangan dibagi dua, ada pintu masuk untuk ruangan ber-AC dan non-AC diluar. Saya memilih ruangan berpendingin itu dan memilih meja ditengah-tengah. Meja kedua diseberang dua perempuan muda berpakaian endek. Tidak berapa lama pelayan berseragam hijau menyusul saya, memberikan daftar menu sambil mencatat. Untuk urusan memesan, biasanya saya konsisten dengan tujuan utama saya datang. Ya, saya memesan mie ayam Jakarta dengan pangsit tanpa berpikir lama. Selain karena penasaran rasanya, ternyata itu juga jenis mie ayam yang paling murah yaitu empat puluh ribu lengkap dengan pangsit (kalau tidak pakai ayam alias mie aja 16 ribu, sedangkan Mie Ayam Jakarta aja 35 ribu). Saya sekalian memesan minuman tes kemasan. Tak berapa lama setelah memesan, dua kursi dibelakang dan diseberang saya terisi. Diluar beberapa orang juga menunggu pesanan yang dibungkus, rata-rata pengunjungnya china.

Pesanan datang tak lama, setelah pelayan menyiapkan mangkok saus, acar dan sambal. Mangkok besar berwarna putih yang ditaruh di meja saya tak tampak mienya, tertutup ayam yang dicacah. Saya mencoba rasakan kuahnya, memang beda dengan mie ayam lain yang pernah saya makan. Bahkan dibanding mie ayam di mall Karawang, gak ada apa-apanya lah. Pendek kata meskipun mahal, rasanya memang sebanding, dan ayamnya itu lhoo buanyaaakk.

***
Makanan jenis mie ini memang salah satu makanan yang tak pernah bisa buat saya bosan. Kecuali bihun. Menikmati mie-mie an ini memang baru saya lakukan ketika sudah usia berani jajan sendiri sihh. Mulai dengan mie ayam Jawa murah lima ribuan, jaman SMA gak gaul dong kalau gak tahu mie ayam porsi kuli, mie ayam Drupadi. Kemudian ketika kuliah jadi penggemar mie ayam Surabaya depan kampus Ekonomi yang rasanya udah gak enak sekarang. Kadang kalau sama Vinda, sahabat saya, juga sering ke mie ayam Dwi Rasa atau mie goreng cak Asmo.

Ketika awal-awal kerja, selera balik ke mie Jawa, tapi depan kantor Yayasan Kerti Praja. Atau kadang mie goreng Seafood pedasnya Cafe Santai di Sesetan. Kalau dijajanin ibu, kadang niat banget cari Mie Bandung di Sesetan atau coba-coba Chinese food deket rumah, pernah punya langganan Mie Ayam di jalan Nangka juga. Ohya dulu kalau baru -baru gajian juga sering beli mie Aceh di Sesetan, gak suka taugenya tapi tetep bikin nagih. Bahkan pada saat tugas di Karawang, kalau sedang punya kesempatan bepergian ke tempat perbelanjaan, nomor satu yang dicari tetap Mie atau sambal-sambalan. Alasannya sederhana, karena tidak ada mie ayam enak disana. Ada sih mie ayam Jawa nya mang Adin, tapi tetep belum memuaskan.

Saya memang suka tiba-tiba iseng masuk warung mie, suka penasaran aja sih. Pernah juga sampai rela antre karena penasaran dengan mi Kober, yang rasanya ternyata tidak ada apa-apanya. Hingga saat ini belum bisa menebak dari penampakan fisiknya Soal rasa. Jadi tidak jarang juga Nemu mie yang tidak enak sama sekali rasanya. Tapi dari sekian banyak mie yang sudah pernah makan, mie yang paling enak adalah mie Pontianak yang dulu ada di jl. Gatsu, dekat perempatan Nangka dan Mie Titi (dulu beli nya di Makassar langsung sih) disini belum ketemu. Mie Pelangi termasuk direkomendasikan juga sih, dan satu lagi Mie Seafoodnya ibu :-*

Soal harga, mie yang saya sebutkan di atas harganya tidak ada yang lebih dari 30 ribu rupiah. Hanya mie pelangi yang cukup menguras kantong. Saya rasa mie pelangi tidak cocok untuk menu pertengahan bulan ini. Meskipun begitu sama seperti mencintaimu, Jual mahal pun akan saya beli *lhoooo* :-P

PS. Ditulis dalam rangka ikut tantangan 33 hari bercerita day #1 (June 16, 2016)

Komentar

Postingan Populer