Drama Paspor Online

 Tanggal 3 Minggu lalu akhirnya saya resmi memiliki paspor

Pada saat itu tepat satu bulan kurang tiga hari saya mengurusnya. Drama ini dimulai ketika saya dengan percaya diri mengurus paspor via Online padahal beberapa huruf pada nama di KK/ KTP dengan ijazah dan akta lahir berbeda. Minggu pertama Oktober itu saya mengunjungi websitenya imigrasi, web nya tidak tercertificate dan saya berhasil mendaftar di warnet. Pada saat itu juga saya mendapatkan invoice sejumlah 355 ribu rupiah, yang keesokannya saya bayarkan di BNI. Daftar Online ini sangat sederhana daripada informasi yang saya dapatkan sebelumnya. Kita hanya perlu mengisi data diri yang harus sesuai KTP beserta nama orang tua, sebelum akhirnya mendapat invoice tersebut. Informasi yang beredar, kita diperlukan meng-upload file yang berisi scan KK, KTP dan akta/ ijazah dengan warna hitam putih, sekarang tidak diperlukan lagi

Setelah membayar, saya kembali mengakses websitenya untuk mengisi kode invoice yang saya bayarkan. Kemudian saya memilih waktu untuk melakukan Wawancara. saya memilih 10 Oktober untuk datang wawancara, karena Minggu sebelumnya saya fokus mengurus surat keterangan perbedaan huruf nama saya di KTP dan KK dengan di Ijazah sesuai informasi Online yang saya dapatkan. Hari yang saya pilih tiba, saya dengan semangat datang pagi-pagi karena ambil antrean wawancara tidak boleh lebih dari jam 10.00 pagi. Itu sebelum tahu kenyataan bahwa pada pukul 09.00 antrean yang saya dapatkan adalah 124. Seorang satpam di depan pintu imigrasi memberikan saya nomor antrean itu dan menyerahkan selembar formulir yang sama seperti yang saya isikan Online.

Giliran saya tiba sebelum pukul 12.00, artinya sebelum waktu mereka istirahat. Ternyata beberapa persyaratan saya salah, KTP seharusnya dicopy pada kertas A4 tanpa dipotong dan untuk ijazah sebagai penggantinya akta yang dimaksud bukan ijazah yang berisi gelar. Melainkan ijazah SD-SMA yang ada nama orang tuanya. Keesokannya saya kembali dengan syarat-syarat yang masih kurang, pada hari itu saya mendapatkan antrean no 85 ketika saya datang pukul 08.10 wita. Nyesek, karena katanya orang-orang mengambil antrean pagi-pagi sekali. Walaupun dapat antrean segitu, tetap waktu tunggu saya lebih dari tiga jam. Akhirnya setelah tiba giliran saya sudah dag-dig-dug, dan ternyata benar syarat saya masih kurang lagi. Peraturan baru katanya tidak mengijinkan penggunaan surat keterangan yang menyatakan nama berbeda tersebut, diperlukan untuk mengurus KK baru. Saya lemas, pengen nangis dengan perasaan campur aduk, karena Minggu depannya saya harus pergi ke Aceh dalam waktu cukup lama. Petugas imigrasi akhirnya memberikan perpanjangan pengurusan pada data Online saya sebelum terhapus otomatis. Mereka juga menyarankan meminta surat keterangan identitas sementara di catatan sipil sebelum bisa mendapatkan KTP Online.

Selama dua hari ibu saya mengurus beberapa surat keterangan yang dibutuhkan ke kantor desa, ini juga agak drama. File yang diperlukan untuk pengurusan itu hampir dihilangkan oleh petugas desa dan ibu saya diminta mengurus ulang. Hampir murka dan berencana melaporkan ini ke Pro Denpasar, tapi syukurlah ketemu. Mengurus pergantian KK kami ini lama, karena diperlukan sertifikat kematian bapak saya yang lama gak diurus. Selain itu juga harus bawa saksi-saksi. Tapi setelah melihat pelayanan catatan sipil di kota Denpasar meyakinkan bahwa pengurusan ini akan selesai tepat waktu. Empat jempol untuk pelayanan satu atap kota Denpasar.

Kartu keluarga saya baru bisa tercetak dua hari aktif setelah aplikasi, artinya saat itu saya akan sudah berada di Aceh. Ibu saya yang mengambil KK nya, dan saya minta tolong untuk langsung daftar e-KTP dan melakukan permohonan kartu keterangan identitas sementara. Rupanya ibu saya tidak terlalu paham mengurus kartu identitas sementara itu, dia mengatakan belum diurus. Ketika saya kembali dari Aceh, saya datang kembali ke catatan sipil untuk mendaftarkan kartu identitas sementara yang rupanya sudah didaftarkan sebelumnya oleh ibu. Hari itu saya merasa dimudahkan dalam pengurusan dan pergi ke kantor imigrasi dengan berbahagia.

Hari itu adalah dua hari terakhir masa registrasi Online saya akan hangus. Kalau hari itu saya tidak selesai berarti tinggal ada esok hari kemudian uang 355 ribu saya hangus. Banyak hal berkecamuk di kepala saya, termasuk rencana melaporkan ke LAPOR presiden apabila saya dipersulit lagi hari itu. Pada hari itu nomer antrean saya 113, dan ternyata ada yang berubah di kantor imigrasi. Ruang tunggu berubah lapang dan lebih teratur, pendingin suhu lebih terasa, ada tempat bermain anak kemudian ini membuat pikiran saya jadi agak jernih. Pukul 12.00 tiba, giliran saya masih 13 nomer lagi sementara itu sudah jam istirahat. Kekhawatiran muncul lagi, tapi saya mencoba optimis. Hingga setengah 2 akhirnya giliran saya tiba. Saya cemas hingga akhirnya hilang setelah saya diminta mengisi map berwarna kuning dan dibuatkan antrean, yes persyaratan saya lolos. Sejam berikutnya saya dapat giliran wawancara.

Setelah wawancara rupanya masih ada sedikit drama, sidik jari saya tidak terbaca. Ya, kulit saya rusak karena iritasi penggunaan detergen sejak saya SD. Petugas imigrasi ikut cemas, meminta saya mengeringkan tangan, memakai antis, memakai lotion, hingga akhirnya terbaca tiga sidik jari saja sesuai syarat. Setelah itu saya dinyatakan selesai mengurus segala administrasi dan wawancara serta diminta datang mengambil paspor tiga hati berikutnya. Hari itu kebahagiaan saya tak terkira meskipun tidak ada yang berhasil tersambung telepon beberapa orang untuk bagi kebahagiaan itu. Dari sekian banyak drama ini, saya tetap bersyukur mendaftar paspor secara Online karena pada hari itu invoice untuk paspor umum tidak bisa keluar karena sistem offline. Beberapa pemohon yang tidak bisa mendapatkan invoice sepertinya harus balik keesokan harinya lagi.

Beberapa tips tambahan selain harus mengisi data permohonan online sesuai KTP, disarankan membawa syarat yang lengkap dan pasti untuk verifikasi administrasi agar tidak terjadi drama seperti saya. Seorang petugas sempat bilang kepada saya, "permohonan paspor Online ini hanya untuk yang syaratnya lengkap" katanya. Ya, syarat saya sih menurut saya lengkap kok cuma tidak sesuai ternyata. Hihihi, jadi sebenarnya untuk apa bikin paspor? Rencananya daftar Chevening scholarsip, tapi kok ya semalam telat lupa kalau Indonesia GMT+6 :'(


Lot's of Love

Happy

Denpasar, 9 November 2016

Komentar

Postingan Populer